Karena tawa bisa mencederai akalnya
Jangan terlalu banyak tawa
Bisa-bisa pendek akalnya
Akhir-akhir ini saya sangat resah dengan media televisi. Bagaimana tidak? Saat anak-anak kecil sudah mulai mengenali gadget canggih, saat dunia sudah modern. Televisi tanah air kita malah diserang tayangan tak bermanfaat. Bahkan yang menjadi ditakutkan oleh saya adalah ketika penontonnya adalah para pelajar. Entahlah hiburan seperti apa yang sedang digalakkan. Sayangnya sikap kita seakan terlalu biasa saja terhadap tayangan seperti ini.
Apalagi jika ada wanita tertawa "NGAKAK" Duh, aku risih. Meski begitu aku pernah melakukannya. Tapi ketika mendengar orang lain begitu rasanya miris. Jadi intropeksi diri dulu hingga akhirnya tersadar. setiap yang terbaik bagi umatNya pasti ada aturannya.
Hukum Tertawa Sudah ada dan pasti di Islam selalu diatur dari hal terkecil apapun.
Pengertian dan Jenis Tertawa
Jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus bahasa Arab:
Secara Ibadah
• Merupakan sedekah.
• Memberi kesan berseri dan optimis.
• Penawar bagi rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah berusaha dan bekerja (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Tanda kemurahan hati, isyarat bagi suatu temperamen yang mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Menunjukkan kebahagiaan.
Tertawanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
Adab/Etika
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh.
Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebihan.”
e. Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras.
”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617))
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Yaitu, tidaklah aku melihat beliau berkumpul dalam hal tertawa, di mana beliau tertawa dengan sempurna dan suka akan hal tersebut secara keseluruhan.”
Berdusta saat bercanda. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dari hadist tersebut di atas sudah sangat jelas. "CELAKALAH...CELAKAH. Masih Kurang paham? Tanyakan pada hati kita masing-masing!
diambil dari beberapa sumber.
Pengertian dan Jenis Tertawa
Jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus bahasa Arab:
- Tabassum (tersenyum): Yaitu tingkatan dibawah tertawa dan merupakan tertawa yang paling baik.
- Tertawa terbahak-bahak (Antagha)
- Tertawa yang apabila ditampakkan berupa dengungan (Alkhanna wal khaniinan).
- Tertawa terbahak-bahak yang paling buruk (Thaikhun thaikhun).
- Tertawa yang melengking (Atthahthahatun)
- Tertawa yang lebih dari tersenyum (Alhanuufu). Sebagian orang Arab menkhusukkan yang satu ini dengan tertawanya para wanita.
• Merupakan sedekah.
• Memberi kesan berseri dan optimis.
• Penawar bagi rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah berusaha dan bekerja (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Tanda kemurahan hati, isyarat bagi suatu temperamen yang mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Menunjukkan kebahagiaan.
Tertawanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
- Berupa senyuman yang menarik.
- Tidak tertawa, kecuali apabila berhubungan dengan kebenaran.
- Tidak berlebihan dalam tertawanya hingga tubuhnya bergoyang atau hingga tubuhnya miring atau hingga terlihatlah langit-langit mulut beliau.
- Bukan berupa hal yang sia-sia atau permainan semata atau hanya sekedar pengisi waktu lengang semata.
Adab/Etika
a. Meneladani Nabi dalam senyuman dan tawa beliau.
Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata: ”Rasulullah apabila (ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) wajah beliau akan bersinar seolah-olah wajah beliau sepenggal rembulan.“ (HR Al-Bukhari kitab al-Maghaazi bab Hadiits Ka’ab bin Malik (no. 4418), al-Fat-h (VIII/142))
b. Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok, mencela dan sebagainya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
c. Tidak memperbanyak tertawa.
“Berhati-hatilah dengan tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (Hadits shahih, Shahiibul Jaami’ (no.7435))
d. Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi seperti halnya saat ini.
”Celakalah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang tertawa (dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi kitab az-Zuhd bab Man Takallama bi Kalimatin Yudh-hiku bihan Naas (no. 2315), telah di hasankan oleh Syaikh al-Albani dengan nomor yang sama, terbitan Baitul Afkar ad-Dauliyah)
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh.
Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebihan.”
e. Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras.
”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617))
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Yaitu, tidaklah aku melihat beliau berkumpul dalam hal tertawa, di mana beliau tertawa dengan sempurna dan suka akan hal tersebut secara keseluruhan.”
Berdusta saat bercanda. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dari hadist tersebut di atas sudah sangat jelas. "CELAKALAH...CELAKAH. Masih Kurang paham? Tanyakan pada hati kita masing-masing!
diambil dari beberapa sumber.
subhanallah ya, ka. islam memang agama sempurna, tertawa saja ada aturannya.
BalasHapussaya juga miris dengan acara lawakan yang marak akhir-akhir ini. bener-bener gak mendidik. penuh dengan ledekan dan bully doang
iya :D
HapusIslam kan mengatur segala aspek ya.. gak sembarang teh
jadi banyak mengerti tentang etika tertawa hohoho
BalasHapusAstagfirullah.. Sy suka sekali bercanda nih
BalasHapusNicepost . . .
BalasHapussalam kenal . . .
coba mengamalkan tabassum senyum :)
BalasHapusmencoba tertawa dengan senyum seadanya dan pada waktu yg tepat.
BalasHapusIya, pernah mendengar bahwa Rasulullah itu tertawanya senyum aja ^^
BalasHapusmakasih atas informasinya ^^
subhanallah, sukron sudah mengingatkan
BalasHapus