Jaga Lisanmu

Lisan yang terjaga 
Adalah lisannya orang-orang yang bertaqwa
Sebaliknya
Lisan yang ternoda
Adalah lisannya orang yang durhaka





Durhaka kepada siapakah? 
Ah, seandainya Ilmu itu menjadi ukuran segalanya, maka akan luar biasa hidup ini. Cobalah sesekali tengok apa yang sudah kita perbuat dan orang lain perbuat untuk kita.
Entahlah, apa penyebabnya menjadi tetangga yang berjauhan namun seperti ditampar sebuah balok. Mungkinkah terjadi di saat sebuah penantian sedang terjadi. 

Aku paling tidak suka ketika ada orang lain mencampuri urusan orang lain yang sama sekali kita tidak tahu menahu apa yang terjadi bahkan sebenarnya tidak terjadi apa-apa. 
Dukaku tiba-tiba seolah sedikit mereda saat sudah berdoa untuk warga Islam di Negara asing sana terutama Mesir usai dipanjatkan. Tapi, tiba-tiba suatu musibah atau fitnah datang bertubi-tubi.
Hidup dalam kehidupan bersosialisasi begitu indah, namun jika tak bisa toleransi pun akan musnah.

“Anaknya Ibu … perawan tua, lihat saja belum pada nikah.”

Makjleb, ibu mendengar ini dari mulut tetangga sebelah yang notabennya ibu-ibu. Ibu sebelah ditegur dengan ibu yang rumahnya berbeda RT dariku. 

Wah, ibuku baru tahu dan sadar, kalau mulutnya terlalu berlebihan dalam mengambil tindakan. 
Dan hatiku merasa makjleb, seperti ada duri yang terinjak. Tapi setelah itu ku sadar seraya beristighfar. Kekuatan kita berada dalam kekuatan Allah. Siapa menghina, mencaci maki, memusuhi bahkan menghianati. Doakan saja yang baik-baik.

Aku sadar, usia aku belum genap 25 Tahun, tapi apakah pantas disebut PERAWAN TUA?
Adik aku  masih baru lulus SMA, dan paling bungsu masih 16 tahun. Bisakah disebut perawan tua?
Oh no, keusilan lisannya begitu tajam. 

Aku sadar lisan kotor itu bukan sekali dua kali menyebut nama keluargaku yang jadi bahan perbincangan. Aku adalah muslimah yang selalu saja disindir bahkan sering kali dianggap dipingitlah, menutupi aiblah karena sekarang berpakaian rapat menutup aurat. 

Paradigma penantian kembali lagi pada diriku, saat tersadari teman-teman yang dulu akrab apalagi tetanggan sudah menikah semua, apalagi semuanya mengalami kecelakaan terlebih dahulu sebelum menikah dan sudah memiliki buah hati. 
Ini bertambah kehati-hatian aku dan memilih untuk menjadi seorang muslimah yang menjaga auratnya dan perhiasannya. 

Kembali tersadar saat lebaran tiba, meski saudara sering menanyakan kapan menikah?
Jawaban senyum sederhana ku pasang dengan ikhlas. “Allah berkehendak lebih cepat nantinya, aamiinkan saja” ucapku dalam batin yang memang tak pernah marah ditanya kapan menikah.

Karena bagiku, ini urusan kehati-hatianku, aku sadar pernah menolak lamaran seorang pria bahkan jika ku ingin menikah lebih cepat kenapa tidak? Aku pernah menolak bukan karena tanpa alasan. Tapi karena Allah belum mengijinkan, aku selalu menenamkan diri untuk melakukan Sholat Istikharah untuk hal yang satu ini. Tahun kemarin atau lulus sekolah aku bisa saja mengambil keputusan untuk menikah. Tapi itu tidak mudah bagiku segera menjadi seorang isteri. Bagiku selektif adalah pilihan terbaik, bukan masalah modal atau sebuah ketakutan, melainkan ketetapan Allah belum terjadi. 


Justru semakin tuaku menjalani hari, maka semakin lebih pandai ku menjadi orang yang lebih baik dari hari kemarin. Jika tidak? Ini merugi seumur hidupku. Dan aku tak ingin menjadi wanita yang seperti Raithah digambarkan dalam Al-quran.

Dalam al-Quran, ALLAH s.w.t telah berfirman: 
       Terjemahan:
“Dan janganlah kamu menjadi seperti perempuan yang telah merombak satu persatu benda yang dipintalnya,

sesudah ia selesai memintalnya kuat teguh dengan kamu menjadikan sumpah kamu sebagai tipu daya (untuk mencabuli perjanjian yang telah dimeteraikan) sesama kamu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih ramai dari golongan lain. Sesungguhnya ALLAH hanya mahu menguji kamu dengan yang demikian itu dan Dia sudah tentu akan menerangkan kepada kamu pada hari kiamat, apa yang kamu berselisihan padanya.”
(Surah An-Nahl 16:92)


Dalam al-Quran ada disebutkan kisah Raithah. Di sini ALLAH mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar tidak menggagalkan usaha sendiri, dan tidak mensia-siakan kemampuan tenaga yang dikurniakan-Nya. Kisah Raithah adalah salah satu contoh kegagalan dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam keadaan yang menyedihkan, kurus, lemah dan tidak bersemangat, Raithah meninggal dunia.
Lisan yang kotor berasal dari hati yang keruh, sebaliknya. 

Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Pada pagi hari, seluruh anggota tubuh anak Adam semuanya tunduk pada lisan, dan berkata: (wahai lisan), bertakwalah kamu kepada Alloh atas (keselamatan) kami. Karena keadaan kami tergantung engkau. Jika engkau istiqomah, kami akan istiqomah. Jika engkau menyimpang, kami (juga) menyimpang”.
[HR. at Tirmidzi dari Abu Said al-Khudry, al-Munawy menyatakan bahwa sanadnya shohih dalam Faydhul Qodiir)

-Ahnaf bin Qois –seorang tabi’i- menyatakan:
 “Mengucapkan kalimat yang baik lebih baik dari diam, dan diam lebih baik dari ucapan yang sia-sia dan batil. Duduk bersama orang sholih lebih baik dari menyendiri. Menyendiri lebih baik dari duduk bersama orang yang jahat"
[disebutkan oleh Ibnu Abdil Baar dalam kitab ‘At-Tamhiid’ juz 17 hal 447]

“Kak Lais kan bukan barang dagangan yang bisa ditawarkan ke sana-kemari?” Ucapan kritis orang terdidik yang tidak suka perjodohan. TERE LIYE BIDADARI SURGA.

Ibu yang baik tahu siapa anak gadisnya, Ia tidak akan pernah meridoi anaknya dibeli bahkan ditawar dengan harga rendah. 

Yang terbaik ketika dalam masa penantian adalah istiqomah, diriku yakin setan memang selalu mengusik melalui kerikil kecil seperti orang lain yang padahal muslim.

Semoga kita mampu menjaga lisan-lisan kita, agar tak menyakiti orang-orang yang ada di sekitar kita, termasuk orang-orang yang dapat menjaga lisan-lisan ini agar tidak melukai saudara kita sendiri.

Terima kasih sudah menjadikan saya lebih kuat, meski mendengarnya sedikit menggores luka. Saya akan tetap tersenyum hangat menyapa anda yang telah berbuat lisan tak baik. Karena bagiku, hanya Allah yang wajib mengadili semua perbuatan kita. Meski begitu tetap menyerukan kebaikan.  

Wajar setiap insan merindukan pasangan dalam hidupnya, yang tidak wajar adalah orang yang selalu mengusik ketenangannya. Annur E.K

Imam Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan meriwayatkan sebuah hadits panjang bahwa Mu'adz bin Jabal menemui Nabi saw. dan berkata, 
"Tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang  akan mem¬buatku masuk surga." Rasulullah saw menjawab, "...Engkau harus menjaga ini sambil menunjuk ke arah lidahnya." Mu'adz  mengulangi lagi pertanyaan yang sama, maka Rasulullah saw. bersabda, "Celaka engkau  Mu'adz, bukan¬kah manusia itu tersungkur di dalam neraka hanya karena akibat dari ucapan  mereka. Tirmidzi berkata, "Hadits ini adalah  hadits hasan shahih. 


8 DOSA LISAN
Lisan ibarat pisau bermata dua,bisa mendatangkan kemaslahatan (kebaikan). dan kemudhratan.
Berikut diantaranya penyakit lisan yang harus dihindari:

1. Pembicaraan yang tidak Bermanfaat

2. Perdebatan dan Pertengkaran

3. Suka Melaknat

4. Bercanda yang Berlebihan

5. Mengejek dan Mencemoohkan orang lain

6. Ghibah (gosip)

7. Namimah (mengadu domba)

8. Memuji berlebihan

^_^

5 komentar:

  1. Ya, itulah jahatnya lisan mbak,
    abaikan aja dan tetap istikamah dlm masa penantian ini.
    Semoga Allah segerakan :)

    BalasHapus
  2. Jazkillah postingnya, smg qt bs mnjga amanah lisan ini dgn baik :-)

    BalasHapus
  3. hikz... ceritanya sama dengan yang aku alamai... tapi aku berusaha tegar dan berbaik sangka dengan para tetangga dan keluarga.. walau kadang kata-katanya tanpa mereka sadari menusuk hatiku yang sensitif... ( Allah maha pengasih lagi maha Penyayang ) fighting!!!!!!.. yah mbak

    BalasHapus
  4. Allah tak akan telat memberikan sgalanya..ad wktunya.. omongan2 itu biar jd vitmin gratis yg menguatkan qt :-)

    BalasHapus
  5. Yup! Hati-hati dengan lisan :)

    BalasHapus

Komentar yang sopan
Kritiklah bila membangun bukan menjatuhkan
salam persaudaraan ^_^

 
Catatan Annurshah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template