ISLAM ABU-ABU
Abu-abu bagiku kamu terlalu rumit, seklumit cerita tanpa titik.
Bagiku cukup putih menjadi warna dasar penguat dan suci dalam sebuah Titik Terang.
Jika diibaratkan warna, Islam seumpama warna putih yang murni. Setuju?
Teman-teman semua pasti pernah berpikir apakah itu Islam? Lalu bagaimana anda menjawabnya?
Kebanyakan orang menjawab ISLAM adalah agama yang suci benar? Suci itu putih di ibaratkan bersih. Ya terang saja bersih. Karena Allah meridhoi ISLAM sebagai AGAMA yang satu-satunya di ridloi.
Islam itu putih, putih itu ISLAM. Tak tercampuri warna apapun dengan yang lain. Dan memang tak boleh dicampurkan dengan yang lain. Sedikit saja warna lain di tuang, putih itu tidak akan putih lagi. Malah menjadi abu-abu.
Begitulah islam, kalau memang terimalah Islam dan sandanglah Islam dengan warna putihnya. Kalau ada yang tidak suka dengan warna putih yang murni, biarkan memilih warna lain. Tidak perlu mengoplos Islam dengan Ideologi atau pedoman hidup yang lain karena hasilnya bukan lagi ISLAM. 50% Putih dan 50% hitam yang keluar adalah Warna Abu-abu. 50% Islam sekuler, 50% Islam hasilnya adalah ISLAM SEKULER.
Isalm sekuler bukanlah Islam dan Islam bukanlah sekuler.
Sayangnya, mengoplos Islam dengan agama dan ideologi lain sepertinya mulai jadi kegemaran. Agar yang menyukai hitam dan tidak suka putih jadi tidak alergi, dicamprulah dua warna ini menjadi satu. Minuman berwarna abu-abu pun disajikan agar semua bisa menikmati.
Mencampurkan islam dengan ideologi kufur adalah tindakan talbisul haq bil bathil, mencpur adukkan kebenaran dengan kebatilan. Sedang kebenaran yang tercampur dengan kebatilan hasilnya batil. Islam tidak boleh pecah-pecah lalu diambil sebagian, ditinggalkan sebagain yang lain untuk digabungkan dengan ideologi yang lain.
Kalau mau ambil semuanya, kalau tidak tinggalkan saja.
Misalnya baju ihram, tapi bercelana jins, hasilnya bukan disebut MUHRIM melainkan orang tidak waras. (Orang sedang ihram kok pakai jins) ??
Rosulullah dulu terhindar dari musibah semacam ini dengan turunnya surat Al-Kafirun. Saat itu orang-orang yang alergi dengan islam mulai melunak dengan menawarkan toleransi beragama yang menurut mereka akan sangat indah jika terwujud. Muhammad mau mengakui tuhan berhala dan satu tahun, pada tahun yang salam mereka akan mengakui Allah sebagai Tuhan dan masing-masing melakukan ibadat. Tapi agama oplosan seperti itu langsung di tenang Allah.
“Lakum dienukum waliyad dien” bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Agama kita terpisah dan tak bisa disatukan. Tak bisa di poring sebagian untuk dicangkok dengan yang lain.
Masih ingat tentang ayat ini?
Duh kalau tidak tahu kebangetan. Karena ayat-ayat Allah sangatlah indah daripada nyanyian dengan dentuman alunan musik yang membuat kepala kita manggut-manggut.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan karena .sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqoroh:208)
Ketika kamu menerima Islam dan kamu yakin kamu akan berjalan diatas jalan penuh cahaya Islam lantas terkadang kamu menginginkan sesuatu yang sesungguhnya mengandung unsur hawa nafsu. Kemudian kamu mengundurkan diri dari aturanNya.
Namanya Islam itu PUTIH so, kalau kamu menentang dan berbicara dengan berdalih seperti ideologi dengan pemaparan kamu sendiri itu namanya campuradukan nafsu.
Misalnya.
“Kita mau merayakan tahun baru dengan apa?” Tanya si fulan.
“Dengan bakar jagung, kembang api” jawab si Anu.
Nah loe, sekarang si Aziz menyambar.
“wahai saudaraku kita tidak boleh merayakannya. Kemarin sudah di baca kan artikelnya? Malahan manggut-manggut? Sekarang kenapa masih tetap kekeh?”
Si Fulan dengan santai dan bijak menjawab
“ah, Cuma buat hiburan kok. Dari kemarin kan bosen di rumah terus nonton TV. Tapi kan tidak mengucapkan Happy new years”
“tapi kan?” Aziz
“sudahlah, tapi-tapi terserah gue dunk. Loe gue end”
Hihihi…
Terus kamu mau mengotot dengan dalih sendiri? Islam itu kan disambung dengan Iman dan Ihsan. Lantas kalau kamu Islam kenapa kamu mau “sekarepmu dewek?” “SEMAUNYA SENDIRI?”
Itu namanya Islam abu-abu. Bukan Islam KTP. (Ganti namanya biar keren. Dan gak malu-maluin si Islam KTP.)
A: Terus kenapa tidak mau pakai kerudung?
B : Ah, nanti sajalah. Yang penting Sholatnya, tahajudnya, puasanya, zakatnya, amal ibadah bukan Cuma dari Jilbab kan?
Hem… orang yang seperti ini orang yang merugi. Namun kenyataannya ada kok.
Yah, lihat sekitar masing-masing yah?
Mau mentuhankan Nafsu melalui pengakuan Muslim? mau ngeyel? berbuat terserah gue? terus mendahulukan kepentingan pribadi daripada Sang Pencipta? Aturan bukan untuk di langgar dipatuhi. Bisa patuhi Rambu-rambu Lalu lintas tapi tidak bisa patuhi aturan Islam? Sih?
Jangan harap deh, Islam itu taat sama aturan bukan setengah-setengah.
Mau disebut ISLAM ABU-ABU? Aku sih Ogah deh. Hehe…
Yuk Istiqomah.
Sekian salam santun
Annur El Karimah (sama-sama belajar)
Sumber gambar :http://media.tumblr.com/tumblr_mcclx7PD5O1rz1srp.jpg
saya penyuka abu-abu- nur,
BalasHapustapi gak mau jadi islam abu-abu...sayangny memang iman saya masih abu-abu,
huhuuu...#nyadardiri
:(
heheh... istiqomah baiki diri. Jangan berharap merugi lagi utk esok. Tapi skrang perbaiki Oke?
Hapussepakat.
BalasHapusmengakunya putih, rupanya abu-abu.
yah, kita kembalikan kepada niat dan kepercayaan masing2 aja..
BalasHapustoh yg menilai itu kan Yang Diatas..
Assalamualaikum kak Nur.. ^^
BalasHapusIslam itu datang dengan asing, dan akan kembali menjadi asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing.. Bukan begitu, kak?
I proud to be muslima!
Mudah2an kita menjadi orang2 yang istiqomah ya Annur ...
BalasHapusbener banget ya, sebaiknya Islam itu harus dijalankan secara benar dan tidak setengah atau malah dicampur adukkan dengan ideologi lain yang pada dasarnya malah dapat melunturkan iman dan mengurangi pahala kita
BalasHapusSemoga Islam kita bukanlah abu2 tapi putih sempurna, Insya Allah bisa..
Sekarang lagi musim tu sob,malah pelaku-pelaku nya mendeklarasi kan sebagai para cendikiawan muslim nyatanya...waLLAHU a'lam
BalasHapusBagiku, Islam bisa dimasukkan ke kebudayaan manapun. Tetapi budaya manapun tidak dapat dimasukkan ke Islam.. Jadi, bolehlah budaya setempat berjalan dan berkembang asalkan sesuai dengan tuntunan Islam, yang sesuai=dikembangkan, yang tak sejalan=ditinggalkan.
BalasHapus