Ayat-Ayat Jilbab

  Sebelum ku menceritakan mozaik-mozaik kehidupan berjilbab. Dan akhirnya jilbabku berlabuh dengan indah. Mungkin aku tak sanggup menceritakan penggalan kisah masa laluku kepada siapapun selain dalam penggalan masa silam melalui cerita ini.

         Jujur jilbab bukanlah hal asing di mataku. Saat aku kelas 4 SD aku harus berpisah dengan ibuku karena aku menjalani kehidupan baru di sebuah pesantren di daerah Gunung Putri Bogor. Namun aku lupa nama pesantrennya apa, karena hanya beberapa bulan saja keberadaanku disana. Merasa seperti penjara bagi gadis belia umur 9 tahun sepertiku.
         Dimana air mataku tak berhenti setiap harinya, karena di pesantren tidak menyediakan sekolah khusus SD atau yang biasa di kenal madrasah ibtidaiyah. Pesantren yang ku sambangi dan ku tinggal itu hanya menyediakan fasilitas untuk itngkat SMP dan SMA.
        Entah mengapa aku menjadi berderaian air mata setiap harus mengenakan kerudung menuju sekolah dasar. Terang saja, tahun itu tepatnya tahun 1999 tak ada siswi yang mengenakan kerudung. Dan di kelas 4 hanya ada aku. Teman pesantrenku yang duduk di kelas 3 dan 5 pun merasakan demikian. Namun Aku pun harus menerima peraturan dari pesantren untuk bersedia di sekolahkan di sekolah dasar yang jaraknya hampir mencapai ratusan meter dari pesantren.

"Kita buka saja kerudungnya saat di tengah jalan. Yang terpenting tidak terlihat dari pesantren. nanti kalau pulang sekolah kita melakukan hal yang sama bagaimana?" ajak temanku yang saat itu duduk di kelas 5.
"hem... ide yang sip" ujarku kala itu.

Ku tahu ini tidak mudah ketika aku dan teman-teman pesantren untuk mengenakan kerudung saat sekolah.  Aku dan 3 teman lainnya yang masih duduk di sekolah dasar pun sepakat untuk melepas kerudung  saat jarak dari pesantren menuju sekolah dasar sudah tak bisa di jangkau oleh mata-mata dari pesantren. Ini karena aku tak mau menjadi pemandangan yang berbeda. Dan terasa kampungan sekali jika ku berada bersama anak-anak lainnya. Terlihat lebih tua dan mungkin lebih merasa tak nyaman.

Namun usahaku gagal saat mempertahankan rambut indahku terlihat agar tidak merasakan perbedaan. Kami di nasehati oleh uztad dan uztadah pengajar di pesantren, karena kami terlihat sedang berjalan menuju pulang tidak dalam keadaan mengenakan kerudung. Aku pun merasa tak betah sehingga belum ada setahun aku memutuskan untuk kembali ke Jakarta bersama nenekku. Di sana aku pun tidak mengenakan kerudung.
                                                                          ****

        Berlajut saat aku duduk di bangku SMP, mau tak mau mengharuskanku mengenakan jilbab karena sekolahku di sekolah islam. Tapi itu hanya sebatas sekolah, di rumah aku masih terbiasa buka-bukaan aurat bahkan membiarkan rambut indah hitam legamku terurai.

        Hingga pada suatu hari, tepat usiaku menginjak 16 tahun. Saat aku berjalan kaki bersama temanku menuju sebuah bioskop untuk menonton film horor pantatku di colek oleh seorang pria yang saat itu tengah berjalan berlawanan arah denganku. Menjijikan sekali. Ini sebuah pelecehan. Aku ingin marah, bahkan ingin sekali menghantam wajah lelaki tersebut. Tapi aku tak bisa berbuat banyak hanya bisa diam tertunduk lesu dan merasa tersiksa dengan baju yang begitu pendek yang tak bisa menutupi bagian yang paling menonjol.

Di bangku SMA aku pun melanjutkan berjilbab tapi hanya pada saat sekolah. namun  muslimah sebutan sudah melekat pada diriku di mata teman-teman.  Bahkan temanku tak mengenaliku saat aku tidak berjilbab. Nyatanya setelah lulus SMA aku masih belum bisa meyakinkan tentang memakai jilbab dengan sempurna.
                                                                         ****

       Saat menetapi angka 21. Di usiaku yang semakin dewasa. Tepatnya di siang hari aku sedang berfacebook ria. Saat itu aku sedang membaca sebuah ayat-ayat jilbab .
Ini petikan yang membuatku merasa kembali meraih hidayah itu.

Jilbab adalah identitas seorang Muslimah.

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59) 

Sekarang ini kita telah susah membedakan antara perempuan kafir dengan perempuan yang beriman.Karena banyak muslimah yang tidak memakai jilbab.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur: 31).

Saat membaca kata-kata kafir bulu romaku merinding.
Sepertinya urat nadiku bertalu-talu. Dan hatiku tak bisa meredam dentuman ayat-ayat jilbab yang membuatku begitu terpesona. Bagaimana bisa aku mengingkari satu ayat saja. Sedangkan aku adalah seorang wanita Islam yang biasa disebut muslimah. Dan muslimah identik dengan ketaatan pada Allah. Dan berpedoman pada ayat-ayat Allah yang begitu indah.

          Dan ada hadist lagi yang membuatku kian tak kuasa menahan deraian air mata yang sudah membumbung di pelupuk mataku. 
 “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim).

Wajahku memucat pasi sesaat. Lidah kelu membela diri tentang alasan yang selalu muncul secara rasional. Dan aku selalu mengaitkan wanita yang berjilbab belum tentu lebih baik daripada wanita yang tidak berjilbab.
            Saat itu Irama denyut jantungku pun berdentum semakin mendengung beriringan dengan suara hardisk menemani. Jari jemari ku lincah diatas papan qwerty kemudian  mengarahkan mouse untuk membaca satu demi satu artikel untuk menguatkan rasa penasaranku untuk menuju jalan jilbab.

                                                                            ****

     Debaran hatiku mulai berkicau tentang jilbab yang harus ku pakai hari minggu kala itu. Aku pun bersemangat walaupun masih terlihat malu-malu mencoba memakai jilbab. Saat itu aku berjalan menuju tempat kerjaku. Dalam perjalanan ada seorang pria menyapaku dari arah berlawanan.
“Assalaamu’alaikum”
Ku jawab “wa’alaikumussalam”
Walaupun ku tak tahu maksud dia memberi salam padaku. Apakah hanya untuk menggoda atau mendengar suaraku. Setidaknya hari itu ada angin segar ku rasakan.
Di sini aku mulai tersadar betapa hebatnya sapaan yang indah di tujukkan kepada diriku. Karena saat itu aku belum pernah mendapati sapaan salam yang indah. Biasanya wanita sepertiku ini jika berjalan atau bepergian seorang diri selalu di beri siulan kasar. Bahkan di lecehkan. Dan itu membuatku merasa berada dalam jajaran wanita yang genit.

                                                         
“Bismillahirrohmaniirohim” Tekadku bulat, semakin kuat untuk membuktikan bahwa aku bisa sejajar dengan wanita muslimah. Seandainya waktu itu aku tak mencobanya, bagaimana bisa aku akan berjilbab sedangkan aku belum mencoba dan memaksakannya. Mungkin hidayah takkan pernah ada dalam hidupku sebelum aku mencobanya sendiri.
Perlahan aku menemukan jiwaku yang sesungguhnya. Rasa sesalku yang sudah tak menyesak di dada itu kembali bernaung. Walau awalnya aku masih belum bisa menerima kenyataan. Karena mata-mata tajam menatap Jibab syar’i ku ini seperti sebuah sensasi belaka.

Walaupun awalnya jilbab ku anggap kuno. Bahkan seribu kali aku berpikir tentang jilbab. Dan kenyataannya saat pertama kali ku mengenakan jilbab syar'i ku berprasangka buruk tentang keadaanku sendiri.
Apakah dengan berjilbab ada lelaki yang mau denganku? atau tidak?
Apakah wajahku semakin kelihatan jelek / menua? bahkan tidak terlihat sisi asli kecantikanku??!!
Apakah aku bisa bekerja di tempat yang ku inginkan?
Apakah aku bisa mendapatkan teman yang banyak?
semua rasa penuh tanda tanya itu membuncah berdebar-debar di hatiku.
Tapinya nyatanya ku mendapatkan sebuah perlindungan luar biasa. Yang membuatku nyaman.
Selalu dan selalu. "tidak! ini tidak boleh terjadi! aku menyebut diriku kafir! apa sekarang tetap sama? bagaimana ibadahku selama ini?"
Muslimah adalah wanita yang baik. Wanita Islam sesungguhnya. aku pun mengawalinya dengan senyuman dan mulai tak berani berontak dengan berkeluh kesah memahat sebuah pendustaan diri.

                                                                           ***

       Hari demi hari ku lewati lembaran ujian dengan suka duka. Ku pastikan menyempurnakan jilbabku dengan serangkaian doa dan harapan. Namun ada saja yang sering meremehkanku. Setelah hampir satu bulan aku berhasil menyedot perhatian lewat gamis, rok panjang, baju lebar, jilbab syar’i,  kaos kaki bahkan jarang keluar rumah berinteraksi dengan sesama tetangga.

“anak situ kan kakinya banyak koreng jadi di tutupin rapat. Lihat anak gadis saya dia berani tampil memakai celana pendek karena mulus” ujar seorang ibu setengah baya kepada ibu kandungku.

Geram rasanya mendengar suara-suara yang tak membuatku betah menjadi tetangga sebelahnya. Namun kenyataannya jalan yang ku tempuh adalah benar, jadi aku tak perlu merisaukan ini

   Ada pula gunjingan tentang jilbabku yang kuno tidak modern sangatlah tidak pantas di pakai. Dan membuatku sulit untuk mencari pekerjaan. Terang saja itu tidak terbukti. Aku bisa mensiasatinya dengan bekerja yang sesuai dengan identitasku sebagai seorang muslimah.

Walau saat itu aku tersentak hebat. Di saat sedang aku menetapi sebuah ketataan dan merasakan barunya berjilbab. Benarkah ini sebuah mimpi ataukah sebuah kebencian tentang diriku atau karena penampilanku. Mata ini berkaca-kaca dan mulai membanjir buliran bening dari mata sayuku.

Aku bangkit mencoba menenangkan diri. Bersama deraian air mata, aku mulai tersadar. Tidak semua orang bisa berjilbab secara sempurna sedangkan aku, aku beruntung bisa mengenal jilbab dalam waktu masih muda. Apa jadinya aku mengaku muslimah sedangkan aku tak pantas di sebut muslimah karena aku berlum berjilbab. Aku jelas tak mau disejajarkan dengan wanita kafir. Sekali lagi aku tidak mau kata-kata kafir membentuk awan gemuk dan selalu berada diatas kepalaku. Membayang-bayangi sebuah kehidupan ini yang masih penuh dengan sebuah rahasia.
Karena jilbab bukan sekedar penutup kepala. Melainkan pakaian wanita muslimah yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki dan tidak memperlihatkan lekukan tubuh. Hanya memperlihatkan bagian wajah dan telapak tangan. Itu adalah identitas muslimah. Sampai kapanpun tetap identitas.

    Teringat pula tentang awal mengenakan kaos kaki yang bagiku sudah seperti mendarah daging.
"Kenapa pakai kaos kaki kak?" tanya anak kecil itu begitu polos.
Mereka berseragam putih biru SMP.
Aku tersenyum sembari menjawabnya tenang.
"Suka baca Al-qur'an? Kalau baca ayat-ayat jilbab sudah pernah?"
Mereka menggeleng.
"Kalau ayat-ayat cinta pernah nonton" jawab mereka kompak sembari terkekeh.


Terang saja ini tidak mudah untuk menjelaskannya. Namun aku akan mengajaknya untuk menuju hidayah terindah. Seperti mengajak adik-adikku untuk melabuhkan jilbabnya.
Semoga. ^___^

                                                                                  ***

      Derap langkahku semakin teraraha dalam sebuah kikisan waktu yang berputar. Saat aku harus mengenal islam lebih jauh, Jilbabku bukan sekedar memakai jilbab sebagai suatu identitas muslimah atau aksesoris seorang muslimah. Jilbabku harus di sertai dengan amalan-amalan wanita muslimah sesungguhnya. Belajar ilmu agama walaupun satu ayat dalam sehari.
Aku pun yakin ketika aku harus menjawab pertanyaan tentang jilbabku. Maka aku akan menjawabnya dengan ayat-ayat jilbab. Dimana agar wanita kafir dan muslim mudah dikenali. Allah Maha Bijaksana dan Maha Adil. Memperlakukan umatNya sesuai dengan keindahan sesungguhnya.

          Menjadi wanita yang tangguh bukanlah perkara mudah. Namun jika semua diniati dan di ikhlasi karena Allah akan menjadi lebih mudah. Dan kini ku petik manisnya berjilbab. Letupan-letupan bara hati bercambuk emosi tak lagi terpatri dalam diri. Karena aku berpedoman pada Al-qur’an dan tersenyum di balik jilbab yang meneduhkan hatiku.

          Hadiah terindah yang pernah tak bisa ku beli dimanapun adalah teman-teman shalihah. Mereka mengajakku untuk mengaji, mengajariku untuk bersosialisasi mengenal islam. Mereka membawaku dalam sebuah dekapan kasih sayang. Dan mereka bukan sekedar teman permainan atau tempat curhat.

          Anna uhibbuki fillah ukhti. “Aku mencintaimu karena Allah ukhti” pesan itu terus mengingatkanku pada dekapan ukhuwah. Dekapan yang begitu indah. Dan tak pernah terlupakan. Mereka adalah orang-orang pilihan yang tercipta untuk menemani para wanita jilbab yang sholehah. Untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing yang berlandaskan cinta karena Allah. Masya Allah. Hatiku kian terenyuh. Berderailah air mata di sekitar wajahku.

          “Aku bisa, dan aku mampu” ujarku di semangat pagi yang bersinar matahari begitu terik.

                                                                           ***

     Kini langkahku kian terarah saat ku tahu ganjaran wanita berjilbab adalah sebuah surga. Surga yang tak pernah bisa dibeli dengan materi. Surga yang takkan pernah bisa di tawar dengan amalan yang belum terpenuhi. Iffah, (menahan rasa malu) kesucian tetap terjaga, takwa dan sebuah keimanan yang membentengi diriku untuk berterima kasih kepada Allah.
          Dengan jilbab ku bisa menjadi wanita muslimah, dengan jilbab ku bisa mendamba surga yang belum pernah tergambarkan oleh bayanganku. Namun ada dalam gambaran  ayat-ayat suciMu. Karena jilbab adalah beribadah, sebuah bukti ketaataan kepada Allah SWT. Sebuah pelindung terhebat diantara pakaian yang lainnya.



Wahai insan dunia penampilanmu tertutup rapat oleh kain-kain surga
Laksana kain sutera yang mahal di sekeliling tubuhmu memancarkan mutiara
Dan engkau begitu tegar menjalani kehidupan dunia
Semata-mata mencari rahasia terindah yakni Surga


    Aku bukan kafir dan tak ingin disebut Kafir. Allah begitu ingin mahluknya tak mau di samaratakan dengan kafir. Begitu pula dengan suara hatiku. Aku ingin menjadi wanita muslimah bukan kafir. Agar aku mudah dikenali sebagai seorang muslimah.

Lalu bagaimana dengan orang-orang di sekitar kita? Semoga mereka bisa mengerti ayat-ayat Jilbab yang mungkin bisa menguatkan identitas muslimah. Yakni cara berpakaiannya yang berbeda dan sopan. Itu adalah Muslimah.
Dengan Jilbab syar'i itu yang terbaik. Karena aku adalah muslimah. Muslimah is the best!

Terima kasih ayat-ayat Jilbab. Semoga ada yang terketuk hatinya setelah membaca ayat-ayat jilbab seperti penggalan kisah nyataku.

Puji Syukur atas semua sketsa-sketsa UjianMu yang menyapa kehidupanku. Dengan kehidupan dunia aku mengenal ayat-ayat jilbab.
Dan tanpa sebuah keyakinan aku takkan pernah menjemput hidayah terindah.
Terima kasih Allah, seorang hamba tidak memiliki daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.

Allah Engkau begitu berarti untukku.

Dan Alhamdulillah tulisan ini pula yang akhirnya menjadi juara diantara 4 pemenang lainnya. Karena tulisan ini di nilai sangat baik jika di baca. Dan agar semua orang dapat memperoleh hidayah dan saling berlomba-lomba memperoleh kebaikan. Jangan Lupa di baca yah.  Semoga Bernilai dan berharga untuk kita di mata Allah.



44 komentar:

  1. selamat pagi sahabatku.. ^_^
    sungguh bagus postingannya..
    jujur saja, jika aku melihat muslimah yang memakai jilbab terasa nyaman sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. syukron.
      Iya nyamannya kalau dia benar2 syar'i. ayo ajak yg lain untuk berjilbab. (CEWEK bukan cowok ehee)

      Hapus
    2. Jilbab wanita muslimah :)
      eh ukh, masya allah, layout blognya cakep bener ^^ manissss

      Hapus
  2. i'm wearing hijab, and i'm proud.
    aq mulai mantap mengenakan hijab sa'at aliyah.
    mari saling mendo'akan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. aliyah saya cuma pake tudung di skul.
      Kalo di Home saya pakenya rambut asli hihi...

      jawabanku bahasa campuran :D

      Hapus
  3. jilbab lambang identitas seorang muslimah, jilbab lambang kesucian jangan dikotori, jadi ingat lagu qosidah jilbab putih nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. IYA NIH. JIlbab - jilbab putih lambang kecuian. Lah... saya aja lupa sama lagunya. yang mana yah. tapi saya inget judulnya.

      Hapus
    2. aku juga gak hafal, tapi yang kuingat hanyalah jilbab jilbab putih lambang kesucian ....itu ja padahal kemarin habis buat konser diacar perpisahan lho Nuur

      Hapus
  4. jilbab lambang identitas seorang muslimah, jilbab lambang kesucian jangan dikotori, jadi ingat lagu qosidah jilbab putih nih..

    BalasHapus
  5. terimakasii pencerahan sekaligus pengingatnya.. tapi ttp.. tiap manusia punya haknya masing2 buat nentuin apa yg akan dia perbuat bukan :( :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyalah berhak dan itu hak setiap manusia. Tapi di sela HAK pasti ada Kewajiban. So?
      :P

      Hapus
  6. Subhanallah. Jilbab adalah pelindung bagi wanita, Penunjuk identitas muslimah. Alhamdulillah aku udah pakai jilbab dari waktu SMA. Aku muslimah dan aku bangga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ALHAMDULILLAH

      SIp. tinggal jalan selanjutnya istiqomah. :D

      Hapus
  7. haduuh.. aku cuman bisa mangut2 doank.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. okelah saya pun angguk2 geleng2 nunduk3 :P

      Hapus
  8. Bermakna sekali untuk kita yang membacanya.Luar biasa ini artikelnya.:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, saya baru kepikiran ceritaiin ini. Pdahal kejadian jaman baheula kala ehehe :D

      Smoga bisa diambil manfaatnya

      Hapus
  9. assalamualaikum...subhanalloh..pandai sangat ni mbak Annur menulis.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam
      aduh di puji sama orang yang lebih pandai dari saya. :)

      Jazakallah Khoir.

      Hapus
  10. keep Istiqamah ya Sist :D

    BalasHapus
  11. panjang banget postinganya, selamat udah jadi juara emang bagus tulisanya enak dibaca dan bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. HEHE, PANJANG KLO DIBACANYA SREG OKE
      eh gede smw font.a

      Yups harus dunk manfaat :D

      Hapus
  12. Assalamua'alaikum,
    Postingannya bagus..
    Tetap istiqomah mbak,,:)

    BalasHapus
  13. Terharu aku ukh sama ceritanya.... btw, soal sapaan 'assalammu'alaikum' dari orang yang tidak kita kenal itu terkadang ada berkahnya juga loh ukh, apalagi kalau yang menyapa kita itu ikhwan sholeh :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe iya klo ikhwan sholeh gapp aku suka :P

      tapi ini dia bukan ikhwan sholeh hehe. (sok tw yah?)

      Ya soalnya beda dari cara ngasih salam dan menatap menyapanya terlihat. :D

      Hapus
    2. Hmmmmmm... berarti pandang-pandangan doonk :D

      Tak apalah ukh, berusaha menjaga iffah aja, sedapat yang kita bisa :)

      Hapus
    3. ghehehe bukan gtu sayang,.
      waktu ngasih salam kan aku ngelirik liat tuh orang. dia ngeliatin akunya aneh.
      Gak normal... biasa kayak lelaki hidungnya yang gak belang (:P)

      maksd kan?
      kan beda klo emang bener2 ikhwan sholeh terlihat insya Allah.

      Hapus
  14. Alhamdulillah....
    Selamat, Ukti.
    Luar Biasa mengikuti perjalanan
    mendapatkan hidayah ini.
    Subhanallah walhamdulillah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. IYA, POSTINGAN INI SEBNARNYA SAYA IKUTKAN LOMBA HIJABNYA OSD
      tapi dari ratusan naskah saya gagal. HEMM...
      pengalamannya kurang nendang kali yah hehe..

      ya sudahlah intinya pengalamna ini berharga di lomba hijab Alila.

      Hapus
  15. Alhamdulillah....bagus dan enak dibaca.Tetap sabar dan rendah hati....ya Mba.

    BalasHapus
  16. alhamdulillah, senang bisa mengetahui salah seorang hamba ALLAH telah menemui jalan yang benar, dan semoga artukel ini bisa dibaca oleh semua yang mengaku muslimah...agar mereka menyempurnakan jilbabnya....salam ukhuwah dari Makassar :)

    BalasHapus
  17. Artikel yang bagus mbak .. menginspirasi yang belum mengenakan jilbab .. syukur alhamdulillah ... 'teman hidup' saya berjilbab ..

    Wassalam

    BalasHapus
  18. Kisah yang menyentuh hati, alhamdulillah akhirnya hidayah itu datang juga, yakinlah bahwa itu adalah jalan yang benar.
    Suatu saat kebenaran itu bagaikan memegang bara api..

    BalasHapus
  19. wahhh..selamat sob..ahirnya menjadi pemenang ...walaupun butuh waktu dan jalan yang panjang semoga jadi istiqomah...

    BalasHapus
  20. hy, ada award buat km nih
    diambil yaa:D

    BalasHapus
  21. saiia setuju.. tapi ttp gag bisa menahan saiia tuk berkomentar.. iia berjilbab.. tapi lebih penting lagi 'di dalem' nya.. :) eksoterik tanpa esoterik tak akan banyak berguna :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya iyalah dimana2 hati itu no.1.
      Tapi sbgai orang muslim itu smw kembali pada ajaran masing2. Jika kita menghendaki menjadi pribadi yg baik itu akan sempurna dimata Allah.

      tapi kembali lagi,. Swm orang tokg pada dasarnya baik. kembalikan saja pada niatnya. :)
      KLO BERJILBAB utk skdar fashion atw kelakuan ga bisa jaga image sama saja kan?

      afwan.

      Hapus
  22. manggut" merasa maluuu

    BalasHapus
  23. jangan lupa, jilbab juga harus di imbangi dengan tutur kata & perilaku yang baik di masyarakat, agar bisa menjadi contoh, dan usaha mengkampayekan bahwa banyak untung'a loh dengan berjilbab :)

    BalasHapus
  24. nyaman sekali rasanya jika melihat wanita berhijab....

    BalasHapus
  25. salam, perkongsian yg baik. tapi artikel di atas bercampur2 dengan hadis palsu. hadis "...adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka yang ketika di dunia tidak mahu menutup rambutnya...” adalah hadis palsu. boleh rujuk video ni, ’20 hadis palsu popular riwayat facebook’, http://www.youtube.com/watch?v=rPqxSIKOacw

    BalasHapus
    Balasan
    1. ohya?
      wah saya tidak tahu ,, nnti saya akan melihatnya dan mencari tahu.
      syukron.

      Hapus

Komentar yang sopan
Kritiklah bila membangun bukan menjatuhkan
salam persaudaraan ^_^

 
Catatan Annurshah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template