Antara Mir'ah dan Mar'ah




Beda tipis hanya “i’ dan “a”nya saja. 
Tapi hati-hati membacanya, artinya beda jauh. 
Yang satu Mir’ah artinya cermin dan “Mar’ah” artinya wanita atau perempuan. Akan tetapi perbedaan arti ini justru unik dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya antara mir’ah dan mar’ah. 

Di mana ada mar’ah in shaa Allah di situ harus ada mir’ah,.. kok bisa?? Ya… mar’ah dan mir’ah sangat terikat sekali. Tanpa mir’ah si “mar’ah” ini ga akan PEDE (percaya diri) keluar rumah atau bergaul dengan manusia. 

Saking terikatnya dengan ‘mir’ah si Mar’ah ini bisa berjam-jam memandangi mir’ah untuk mendapatkan kepercayaan dirinya atau mempercantik dirinya sehingga setelah yakin dengan lamanya ia memandangi si’mir’ah’ barulah si mar’ah ini berani keluar menemui manusia. Ironisnya… ya ironis sekali… jika Mar’ah kuat memandangi mir’ah berlama-lama atau berjam-jam lamanya.. tidak demikian ketika berhadapan dengan Sang pencipta hanya sesaat saja… kalau bisa sesingkat-singkatnya. 

Padahal justru kepadaNyalah mar’ah harus berlama-lama menghadapNya agar ia mendapatkan keindahan ruhani yang sangat mempengaruhi keindahan jasmaninya. Berapa banyak kita lihat wanita (mar’ah) biasa yang wajahnya biasa sekali tetapi karena di poles dengan kecantikan ruhani hasilnya justru ia lebih memikat hati kita daripada wanita yang sibuk mempercantik jasmaninya di depan cermin. Karena ruhaninya kosong tidak dipoles dengan adab dan akhlak islami. 

Wahai, mar atus shalihah (wanita shalihah) marilah kita sekarang berlama-lama menghadap Rabbal ‘Alamiin… agar Allah berkenan memberi kita kecantikan ruhani, kecantikan yang akan kita bawa mati… bekal kita menuju surga abadi… wallahu ‘alam bish-shawwab. 

Copyright by:Ummu Raihanah, Sydney Telah dibaca oleh Ustadzah Arfah di Mekkah **menghadap Rabbal ‘Alamiin: maksudnya adalah ketika shalat, shalatlah kita dengan lama dan khusyu’ dengan kehadiran hati dan merenungi Kebesaran Ilahi yang telah mengaruniai kita kenikmatan yang berlimpah pada diri kita yang lemah dan bodoh ini karena dari shalat yang lama dan khusyu’ efeknya luar biasa,.. mempengaruhi aktifitas kita sehari-hari.Banyak pertolongan Allah akan muncul di saat mendesak tanpa kita sadari.

 **
Baca postingan itu saya sebagai seorang muslimah merasa.... sadar diri. Untuk apa ya saya tak memperlama waktu ibadah saya. Waktu yang luar biasa tercipta untuk manusia agar bisa bercinta dengan Allah SWT dan merasakan adanya getaran cinta yang berbunga-bunga. 

Keep Istiqomah menjaga ahlak saya sebagai Mar'ah. 
Sebarkan copas juga boleh demi kebaikan :)

Sumber : Jilbab Online



Beda tipis hanya “i’ dan “a”nya saja. 
Tapi hati-hati membacanya, artinya beda jauh. 
Yang satu Mir’ah artinya cermin dan “Mar’ah” artinya wanita atau perempuan. Akan tetapi perbedaan arti ini justru unik dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya antara mir’ah dan mar’ah. 

Di mana ada mar’ah in shaa Allah di situ harus ada mir’ah,.. kok bisa?? Ya… mar’ah dan mir’ah sangat terikat sekali. Tanpa mir’ah si “mar’ah” ini ga akan PEDE (percaya diri) keluar rumah atau bergaul dengan manusia. 

Saking terikatnya dengan ‘mir’ah si Mar’ah ini bisa berjam-jam memandangi mir’ah untuk mendapatkan kepercayaan dirinya atau mempercantik dirinya sehingga setelah yakin dengan lamanya ia memandangi si’mir’ah’ barulah si mar’ah ini berani keluar menemui manusia. Ironisnya… ya ironis sekali… jika Mar’ah kuat memandangi mir’ah berlama-lama atau berjam-jam lamanya.. tidak demikian ketika berhadapan dengan Sang pencipta hanya sesaat saja… kalau bisa sesingkat-singkatnya. 

Padahal justru kepadaNyalah mar’ah harus berlama-lama menghadapNya agar ia mendapatkan keindahan ruhani yang sangat mempengaruhi keindahan jasmaninya. Berapa banyak kita lihat wanita (mar’ah) biasa yang wajahnya biasa sekali tetapi karena di poles dengan kecantikan ruhani hasilnya justru ia lebih memikat hati kita daripada wanita yang sibuk mempercantik jasmaninya di depan cermin. Karena ruhaninya kosong tidak dipoles dengan adab dan akhlak islami. 

Wahai, mar atus shalihah (wanita shalihah) marilah kita sekarang berlama-lama menghadap Rabbal ‘Alamiin… agar Allah berkenan memberi kita kecantikan ruhani, kecantikan yang akan kita bawa mati… bekal kita menuju surga abadi… wallahu ‘alam bish-shawwab. 

Copyright by:Ummu Raihanah, Sydney Telah dibaca oleh Ustadzah Arfah di Mekkah **menghadap Rabbal ‘Alamiin: maksudnya adalah ketika shalat, shalatlah kita dengan lama dan khusyu’ dengan kehadiran hati dan merenungi Kebesaran Ilahi yang telah mengaruniai kita kenikmatan yang berlimpah pada diri kita yang lemah dan bodoh ini karena dari shalat yang lama dan khusyu’ efeknya luar biasa,.. mempengaruhi aktifitas kita sehari-hari.Banyak pertolongan Allah akan muncul di saat mendesak tanpa kita sadari.

 **
Baca postingan itu saya sebagai seorang muslimah merasa.... sadar diri. Untuk apa ya saya tak memperlama waktu ibadah saya. Waktu yang luar biasa tercipta untuk manusia agar bisa bercinta dengan Allah SWT dan merasakan adanya getaran cinta yang berbunga-bunga. 

Keep Istiqomah menjaga ahlak saya sebagai Mar'ah. 
Sebarkan copas juga boleh demi kebaikan :)

Sumber : Jilbab Online

Mengubah Bentuk Ciptaan-Nya



Tadi pagi saya berleha-leha duduk santai. Biasanya banyak kerjaan. Entah menyapu atau mencuci baju. Tapi berhubung rumah sedang mau direhab saya merasa lebih baik menonton TV, siapa tahu ada tanyangan islami. 

Eh beneran ada di MNC. Hmm tak kuduga pembahasan mengerecut pada soal wanita. Lagi-lagi pembahasan yang tak kunjung usai. Nah, kali ini kulihat kok beda ya? Maaf tak mengikuti dari awal dan salurannya sangat buram dihinggapi semut-semut berisik hehehe..
Para dai akhwat kok pada diam, alias kalah sama si dari ikhwan. 

Tapi ditelisik lagi … saya nonton udah mau habis. Pembahasan tentang mengubah ciptaan manusia. Sesama dai nggak kompak rupanya… kalau dipikir-pikir kelihatannya ada yang gak sependapat. Lho? Mereka bukan ulama besar tapi yang pasti kesimpulannya diakhir tayangan emang udah fix. Kalau para dai dan daiyah udah nggak bisa sepaham dan sependapat atau kurang sedikit tidak sreg, bahasanya apa sih. Bingung, pasti jangan dibuat susah. Saya melihatnya mereka kok kayak berdebat ya? 
Padahal udah jelas hadistnya kalau saya percaya mengubah bentuk apapun untuk mempercantik dan menarik perhatian orang lain itu sama sajanya haram. 
Kecuali aib memang harus dihilangkan, kecelakaan dan lain-lain. Fix gampang kok. Iya gak? Mereka malah adu argument nyebutin hadist ini hadist itu, ayat ini ayat itu. 
Ada yang bilang gak masalah… wow kalau untuk mempercantik tidak apa ada yang kudengar. Semoga aku salah dengar sih. 


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
 “Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah, dan orang yang merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari 4886, Muslim 2125, dan lainnya).

Makna Al-Mutanamishah

Al-Mutanamishah adalah para wanita yang minta dicukur bulu di wajahnya. Sedangkan wanita yang menjadi tukang cukurnya namanya An-Namishah. (Syarh Muslim An-Nawawi, 14/106).


An-Nawawi juga menegaskan, bahwa larangan dalam hadis ini tertuju untuk bulu alis,
 “Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah..” (Sharh Shahih Muslim, 14/106).
Ibnul Atsir mengatakan,

 “An-Namsh adalah menipiskan bulu alis untuk tujuan kecantikan…”
Ibnul Allan mengatakan dalam Syarh Riyadhus Shalihin,

 “An-Namishah adalah wanita yang mencukur bulu alis wanita lain atau menipiskannya agar kelihatan lebih cantik. Sedangkan Al-Mutanamishah adalah wanita yang menyuruh orang lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil al-Falihin, 8:482).
"Allah melaknat wanita-wanita yang mencabut bulu, Allah melaknat orang yang menyambung rambut, dan yang minta disambung rambutnya"

Disebutkan dalam As-Shahih bahwa ada seorang wanita datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan bahwa anaknya telah dinikahi oleh seorang laki-laki tapi kemudian rontok rambutnya. Wanita tersebut bertanya bolehkah anaknya menyambung rambut dengan rambut lain ? Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.

لَعَنَ اللَّهُ الوَاصِلاَتِ وَالْمُسْتَوْ صِلاَتِ 
"Allah melaknat wanita yang menyambung rambut, dan yang minta disambung rambutnya"
Beberapa ulama yang mengarang kitab kumpulan dosa-dosa besar, seperti Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair, demikian pula Al-Haitami dalam kitabnya Az-Zawajir ‘an Irtikab Al-Kabair menyebutkan bahwa salah satu diantara dosa yang masuk daftar dosa besar adalah mencukur atau menipiskan bulu alis. Karena terdapat hadis yang menyebutkan bahwa Allah melaknat para wanita yang mencukur bulu asli di wajahnya, seperti bulu alis, meskipun itu untuk tujuan kecantikan.
Allahu a’lam

Saya sisipkan sumber dari konsultasi syariah.

sumber gambar : google


Tadi pagi saya berleha-leha duduk santai. Biasanya banyak kerjaan. Entah menyapu atau mencuci baju. Tapi berhubung rumah sedang mau direhab saya merasa lebih baik menonton TV, siapa tahu ada tanyangan islami. 

Eh beneran ada di MNC. Hmm tak kuduga pembahasan mengerecut pada soal wanita. Lagi-lagi pembahasan yang tak kunjung usai. Nah, kali ini kulihat kok beda ya? Maaf tak mengikuti dari awal dan salurannya sangat buram dihinggapi semut-semut berisik hehehe..
Para dai akhwat kok pada diam, alias kalah sama si dari ikhwan. 

Tapi ditelisik lagi … saya nonton udah mau habis. Pembahasan tentang mengubah ciptaan manusia. Sesama dai nggak kompak rupanya… kalau dipikir-pikir kelihatannya ada yang gak sependapat. Lho? Mereka bukan ulama besar tapi yang pasti kesimpulannya diakhir tayangan emang udah fix. Kalau para dai dan daiyah udah nggak bisa sepaham dan sependapat atau kurang sedikit tidak sreg, bahasanya apa sih. Bingung, pasti jangan dibuat susah. Saya melihatnya mereka kok kayak berdebat ya? 
Padahal udah jelas hadistnya kalau saya percaya mengubah bentuk apapun untuk mempercantik dan menarik perhatian orang lain itu sama sajanya haram. 
Kecuali aib memang harus dihilangkan, kecelakaan dan lain-lain. Fix gampang kok. Iya gak? Mereka malah adu argument nyebutin hadist ini hadist itu, ayat ini ayat itu. 
Ada yang bilang gak masalah… wow kalau untuk mempercantik tidak apa ada yang kudengar. Semoga aku salah dengar sih. 


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
 “Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah, dan orang yang merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari 4886, Muslim 2125, dan lainnya).

Makna Al-Mutanamishah

Al-Mutanamishah adalah para wanita yang minta dicukur bulu di wajahnya. Sedangkan wanita yang menjadi tukang cukurnya namanya An-Namishah. (Syarh Muslim An-Nawawi, 14/106).


An-Nawawi juga menegaskan, bahwa larangan dalam hadis ini tertuju untuk bulu alis,
 “Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah..” (Sharh Shahih Muslim, 14/106).
Ibnul Atsir mengatakan,

 “An-Namsh adalah menipiskan bulu alis untuk tujuan kecantikan…”
Ibnul Allan mengatakan dalam Syarh Riyadhus Shalihin,

 “An-Namishah adalah wanita yang mencukur bulu alis wanita lain atau menipiskannya agar kelihatan lebih cantik. Sedangkan Al-Mutanamishah adalah wanita yang menyuruh orang lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil al-Falihin, 8:482).
"Allah melaknat wanita-wanita yang mencabut bulu, Allah melaknat orang yang menyambung rambut, dan yang minta disambung rambutnya"

Disebutkan dalam As-Shahih bahwa ada seorang wanita datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan bahwa anaknya telah dinikahi oleh seorang laki-laki tapi kemudian rontok rambutnya. Wanita tersebut bertanya bolehkah anaknya menyambung rambut dengan rambut lain ? Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.

لَعَنَ اللَّهُ الوَاصِلاَتِ وَالْمُسْتَوْ صِلاَتِ 
"Allah melaknat wanita yang menyambung rambut, dan yang minta disambung rambutnya"
Beberapa ulama yang mengarang kitab kumpulan dosa-dosa besar, seperti Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair, demikian pula Al-Haitami dalam kitabnya Az-Zawajir ‘an Irtikab Al-Kabair menyebutkan bahwa salah satu diantara dosa yang masuk daftar dosa besar adalah mencukur atau menipiskan bulu alis. Karena terdapat hadis yang menyebutkan bahwa Allah melaknat para wanita yang mencukur bulu asli di wajahnya, seperti bulu alis, meskipun itu untuk tujuan kecantikan.
Allahu a’lam

Saya sisipkan sumber dari konsultasi syariah.

sumber gambar : google

Emosi Rindu


Manusia memang sekali pandai mengolah rasa, apalagi emosi rindunya. Seakan lupa ada yang perlu disisakan, sebuah cinta kepada sesama bukan kegoisan hati yang selalu tertata, semata.

Kamu hanya mampu berdo’a
Meminta bulir-bulir hujan 
Dan menengadah, harapan

#Ramah
Rindu itu terlalu ramah, 
datangnya dengan senyuman 
hilangangnya dengan kenangan
Kau pun terkadang marah?

Uh...Uh...
Nostalgia dengan irama rindu menghujan dan menghujam.

Kutipanku di hari Jum'at.

Manusia memang sekali pandai mengolah rasa, apalagi emosi rindunya. Seakan lupa ada yang perlu disisakan, sebuah cinta kepada sesama bukan kegoisan hati yang selalu tertata, semata.

Kamu hanya mampu berdo’a
Meminta bulir-bulir hujan 
Dan menengadah, harapan

#Ramah
Rindu itu terlalu ramah, 
datangnya dengan senyuman 
hilangangnya dengan kenangan
Kau pun terkadang marah?

Uh...Uh...
Nostalgia dengan irama rindu menghujan dan menghujam.

Kutipanku di hari Jum'at.
 
Catatan Annurshah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template