Hadits “Tidurnya Orang yang Berpuasa Adalah Ibadah” Derajatnya Lemah
Sering kita dengar disebutkan di cermah-ceramah dan kajian-kajian bulan Ramadhan, sebuah riwayat yang berbunyi:
"نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ"
Artinya: “Tidurnya orang yang berpuasa ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya dikabulkan dan amalannya dilipatkan (pahalanya).”
Riwayat ini disebutkan oleh Al Baihaqy di dalam kitab Syu’abul Iman, no. 3937, Ad Dailamy, no. 6731, Al Wahidy di dalam kitab Al Wasith, 1/65/1.
Apakah hadits ini shahih dan boleh kita sandarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?, apakah derajat?, bagaimanakah para perawi di dalamnya?, bagaimanakah perkataaan para ulama tentang hadits ini?
Coba kita perhatikan penjelasan di bawah ini:
Derajat hadits ini: LEMAH
Penjelasan tentang sebab lemahnya hadits:
- Karena di dalamnya ada perawi bernama: Ma’ruf Ibnu Hassan dan perawi ini dilemahkan oleh Al Baihaqi yang meriwayatkan hadits ini. Lihat kitab Syu’ab Al Iman, no. 3654, beliau berkata: “Telah diketahui bahwa Ma’ruf bin Hassan adalah seorang perawi yang lemah”.
Ibnu Ady mengatakan tentangnya: “Seorang yang mungkarul hadits.” Lihat kitab Lisan Al Mizan, karya Ibnu Hajar Al ‘Asqalany, no. 7829.
- Karena di dalamnya ada perawi bernama: Sulaiman bin ‘Amr An Nakha’i dan perawi ini lebih dilemahkan lagi daripada sebelumnya oleh Al Baihaqi yang meriwayatkan hadits ini. Lihat kitab Syu’ab Al Iman, no. 3654, beliau berkata: “Sulaiman bin ‘Amr An Nakha’i lebih lemah darinya.”
Berkata Al Hafizh Al ‘Iraqy: “Di dalam hadits ini terdapat Sulaiman bin ‘Amr An Nakha’i dan ia adalah seorang yang suka berdusta.” Lihat di dalam kitab Takhrij Al Ihya, no. 723.
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalany rahimahullah: “Ia Adalah seorang tukang dusta.”
Ahmad bin Hanbal menyatakan: “Ia senantiasa memalsukan hadits”.
Yahya bin Ma’in menyatakan: “Ia dikenal sebagai seorang yang memalsukan hadits.”
Al Bukhari menyatakan: “Ia seorang perawi yang matruk, Qutaibah dan Ishaq menuduhnya sebagai seorang tukang dusta.” Lihat kitab Lisan Al Mizan, no. 3633.
- Karena di dalam ada perawi bernama: Abdul Malik bin Umair, berkata Al Munawi: “Adz Dzahaby menyebutkannya di dalam kitab Adh Dhu’afa, berkata Ahmad: “Ia seorang yang mudhtharibul hadits”, berkata Ibnu Ma’in: “Mukhtalath (dalam periwayatan sering tercampur-campur)”, berkata Abu Hatim: “Bukan seorang yang penghapal hadits”. Lihat Faidh Al Qadir, no. 9293.
Para Ulama yang melemahkan hadits ini:
Al ‘Iraqy di dalam kitab Takhrij Ahadits Al Ihya’, no. 723.
Al Baihaqy di dalam kitab Syu’ab Al Iman, no. 3654.
Al Munawy di dalam kitab Faidh Al Qadir, no. 9293.
As Suyuthy di dalam kitab Al Jami’ Ash Shagir, hal. 188
Bahkan Al Albany di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 4696, berkata: “Aku berkata: “Ini adalah hadits palsu.”
Oleh karenanya tidak pantas menyebarkan hadits-hadits palsu di tengah-tengah kaum muslim di bulan Ramadhan penuh berkah ini.
Karena seorang yang berpuasa bisa mendapatkan ganjaran dari puasanya hanya lapar dan dahaga saja, jika ia berdusta, dan termasuk perbuatan dusta yang terbesar adalah berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنِ الْمُغِيرَةِ - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ » .
Artinya: “Al Mughirah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dusta atasku tidak seperti dusta atas orang lain, barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka ambillah tempatnya dari neraka.” HR. Bukhari dan Muslim. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Ahmad Zainuddin
Sumber : dakwahsunnah.com
gambar : Google
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yang sopan
Kritiklah bila membangun bukan menjatuhkan
salam persaudaraan ^_^