Dalam penantian rindu lagi masih terbayang sebuah kisah yang tergambar indah dalam memori otakkku.
Randa tapak atau disebut dandelion. Bunga itu menggambarkan tentang gadis yang berselimut rindu. Putih dan ringkih namun indah. Meski tak seindah melati yang mewangi bahkan tersohor.
Kau tahu pemuda yang nyaris mengaburkanmu membawamu terbang bak debu bertebangan. Nyaris saja tersentuh, tapi pemuda itu tak mau menyentuhnya. Seakan tahu sinyal itu, terlihat dari gerik tubuhnya dari sorotan matanya yang teduh. Ia mulai menyadari takkan mau mengganggumu lagi.
Randa tapak atau disebut dandelion. Bunga itu menggambarkan tentang gadis yang berselimut rindu. Putih dan ringkih namun indah. Meski tak seindah melati yang mewangi bahkan tersohor.
Kau tahu pemuda yang nyaris mengaburkanmu membawamu terbang bak debu bertebangan. Nyaris saja tersentuh, tapi pemuda itu tak mau menyentuhnya. Seakan tahu sinyal itu, terlihat dari gerik tubuhnya dari sorotan matanya yang teduh. Ia mulai menyadari takkan mau mengganggumu lagi.
Tapi, hamparan luas tak mampu menjadikan senandung merdu untuk menutup lukanya dulu. Ditengah kerisauan, ada saja yang membuatnya kalut dan merasa cemburu. Di semak-semak, tak terdengar bahkan kadang tak terlihat. Dan lebih parahnya tak peduli siapa namanya dalam semak belukar yang bernuansa memutih.
Senja merona memerah seakan mulai menyurutkan niat berkabungnya. Cakrawala dibatas senja mengubah nuansa rindunya. Beralih menjadi sunyi namun tetap tak memadamkan rinai-rinai kerinduan. Apabila malam Ia menyambutnya dengan hangat. Dandelion yang apabila pagi cemburu, tak percaya diri bahkan meraung menangis dalam selimut putih itu kini bersemayam dalam remang rembulan. Bahagianya bermekaran karena tak satupun mengenalinya.
Kau tahu kenapa ku beri Ia sebutan dandelion?
Ia termanis, terindah dalam semak-semak tak terpedaya. Raut wajahnya yang teduh itu sedang dirundung rindu. Karena kali ini rindunya masih dalam penantian setelah kegagalan dalam mengikat rindu.
Ia menitipkan rindunya pada Angin, pada sinar pagi yang hangat.Ia paham betul sedang tak dicintai seperti bunga yang lainnya.
Pernik hari, pernik hari, mengolah rindu dalam pusaran waktu yang tepat bukan terjebak pada keadaan dan waktu. Karena ruang kosong itu masih butuh cahaya dan angin yang lebih segar.
Perasaanmu merasa tak ada yang berani menyentuh terlalu dalam hatimu, meski batinmu merasakan ada. Nyatanya belum bisa mencairkan bias itu.
Meski suatu hari nanti, akan ada yang menatapmu sendu, Meski ada yang menatapmu pilu, Meski ada yang menatapmu beradu dalam rindu. Tatapan ceria, tatapan bahagia, tatapan meragu lagi. Sudahilah dandelion kau pasti akan meraih hati yang indah.
Sebahagia daun yang tak pernah membenci angin meski Ia tetap berserakan terbang kesana kemari hingga tak tahu kemana lajunya terhenti.
Ketika jam merangkak pukul 9 malam. Waktunya menguap aku tersungkur dalam lelappnya malam. Tak ada alasan untuk bersyukur dan mensyukuri ini semua dandelion.
“hanya pada DIA semua bermuara” gumamku dalam hati sembari menyimpulkan senyum, lalu memejamkan mata.
Hidup harus dipahami meskipun sebaliknya.
Aku akan menjaga perasaanku seperti dandelion.
Annur El Karimah masih dalam penantian rindu lagi.
Dandelion menemani dalam bisik rindu. 7-Juni-2013
sumber gambar : tumblr
waauu dandelion...
BalasHapusada apa denganmu, dalem banget tulisannya..
Salam dari Surabaya
saya baik-baik saja. Hanya tulisan ini yang mampu mengisyartkan sebuah kerinduan pada dandelion. :)
Hapustebak-tebakan buah melon eh...
dandelionnya siapa nur?
Hapusaku ya?
aku suka sekali dandelion....
pede abizzz.. sst hihi.. gpp buat kamu juga boleh. Siapa yang merasa deh :P
HapusCeplok ngaca dulu seputih dandelion apa seputih salju may.
tapi bagusan seputih dandelion deh. :)
pasti ini lagi galau *nebak*
BalasHapusDUH, GALAU? GAK LAYAU KAN ADA 5 SOLUSINYA MASALAH KULIT EH heheh.. iklan abiz..
Hapusgak, sante aja mas bro.
Syukuri yang ada dan tetaplah tersenyum....apa yang buruk menurut kita, belum tentu dihadapan Allah...nais sering....
BalasHapusbetul.. cantik jawabnny
HapusSepertinya aku paham (maafkan jika sok tau)..
BalasHapusDan dengan itu, aku mengaminkan asamu tuk menjaga hati itu. Aku pernah sampai pada pemikiran, bahwa dalam hidup itu, berlaku hukum keterbalikan di dalamnya. Layaknya zakat, kita akan mendapatkan manfaat dengan terlebih dahulu mengeluarkan(berkorban) materi..
Pun mungkin, kedekatan hati akan didapatan dengan terlebih dahulu merasakan jarak.. (curcol)
hihihi... wah kita pernah ngobrol masalah apa ya? sampe aku jadi nyimak yang abang komentarin. hihihi...
Hapusjujur saya gak mudenggg.. alias gak paham hikzz
Typo otakkku=otakku :)
BalasHapusjadi dendelion itu si gadis berselimut rindu, mungkinkah serpihan-serpihan bunga yang berterbangan itu upaya menemukan tempat berteduhnya?
Giveaway nya sudah dibuka....hayuk ikutan http://arrrian.blogspot.com/2013/06/arr-rians-giveaway.html
kunjungan rutin sob ..maaff belum sempat baca..
BalasHapusRada tapak yang selalu indah, meski hujan atau petir menggelegar, dan bisa di ungkapkan dalam bentuk apa pun, sesuka hati :)
BalasHapusRanda Tapak atau Dandelion adalah bagian dari Taraxacum, sebuah genus besar dalam keluarga Asteraceae
YUPZZ
Hapus:")
BalasHapus~speechless bacanya, Maasyaa Allah..
Akhirnya bisa menepikan rindu untuk kembali berteduh di sini..
hihihi....
Hapusawan putihhhhhh
barusan baca blog temen yg lagi mabuk kepayang, di sini lagi. penantian emang melelahkan, tapi di situ letaknya perjuangannya.
BalasHapushihih
Hapusduh nur, aku ny gak ngeh nih x_x
BalasHapusapapun itu, smoga pnantian rindu berujung bahagia, dan smoga d akhirnya itu berkah dan ridho allah masih terserta, aamiin
IYA SAYANGKUH HEHE.. AAMIN
HapusPosting seperti ini menarik, aku suka baca walaupun terkadang kurang dimengerti apa maksudnya.. ^^
BalasHapushuhuhuhuhuu.. ehheee
HapusDandelion ^^
BalasHapusmenurutku Ia salah satu ciptaan Allah yang kalah indah :D
*Salam kenal