Belajar dari pengalaman Urwah bin Zubair

Belajar dari pengalaman urwah bin zubair



Sudah hampir satu minggu. Kejadian ini semua pasti diluar dugaan saya. Sudah kedua kalinya jari kiri saya terkena cutter. Dan kedua kalinya memaksa untuk berlinangan air mata. Awalnya sakit biasa, kaget biasa. Dan setelah melihat kukunya teriris begitu dalam nyaris putus bersama dagingnya. Saya mulai cemas dan paniknya bukan main. Apakah harus diamputasi? Ah, keterlaluan.
Bayangan saya benar-benar tak tenang. Ini ujian yang nikmat sakitnya teramat setelah darah yang menetes begitu banyak tak bisa dihentikan. 
Hari itu saya menangis kesakitan bukan karena akan kehilangan beberapa daging jari tengah saya beserta kukunya separuh bagian atas. Tapi saya berpikir. Dosa apa yang saya perbuat hingga saya tak sadar. Mungkin ini adalah balasan terbaik. 

Hari itu saya mulai intropeksi diri lagi. Mencoba tenang, tak berpikiran macam-macam mengenai duniawi.  Minum obat racikan agar cepat kering. Dan sekarang sudah mulai mengering, meski belum putus kuku yang terkena cutter.

Saya tidak bisa mencuci baju dan piring untuk beberapa waktu yang lama.  Saya merasa beban dan manja. Ada kalanya rasa menyesal selalu membayangi. 
Meski semua orang mengatakan sabar, nanti juga merapat lagi. Meski ada yang menakut-nakuti saja juga. Ah…
Semoga lekas sembuh Annur. :D

Urwah bin az-Zubair ditemani anaknya yang bernama Muhammad mendatangi Walid bin Abdul Malik. Ia adalah lelaki yang sangat tampan, suatu hari datang ke rumah al-Walid memakai pakaian bagus dengan dua jalinan rambut. Al-Walid berkomentar, “Beginilah seharusnya pemuda Quraisy berdandan.” Al-Walid merasa iri kepadanya. Sebentar kemudian Muhammad keluar dari rumah al-Walid dalam keadaan mengantuk, tiba-tiba ia terperosok ke dalam kandang hewan. Lalu hewan tersebut menginjak Muhammad hingga meninggal. Adapun Urwah, kakinya terkena infeksi.

Kemudian al-Walid memanggil dokter untuknya, dokter berkata, “Kalau kaki ini tidak dipotong maka infeksi akan menyebar keseluruh tubuh sehingga menyebabkannya mati.” Ia setuju untuk diamputasi, lalu dokter memotongnya dengan gergaji. Ketika gergaji itu diletakkkan di kakinya, dokter menidurkan urwah di atas bantal beberapa saat, Urwah pun pingsan.

Ketika sadar wajah Urwah bercucuran keringat, sambil bertakbir dan bertahmid, ia mengambil potongan kaki itu dan menciuminya sambil berkata, “Apa yang menyebabkan kamu dipotong seperti ini? Sungguh Allah mengetahui aku tidak pernah menggunakannya pada hal-hal yang haram, tempat maksiat atau ke perbuatan yang tidak diridhai Allah.”

Kemudian ia meminta supaya potongan kaki itu dimandikan lalu diberi minyak wangi dan dikafani dengan selembar kain untuk dikuburkan di pekuburan umat Islam. Setibanya Urwah dari rumah al-Walid ke Madinah kawan-kawannya menemui dan berta’ziah dengan membaca ayat,
…لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا {62}
 “Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (Al-Kahfi: 62).

Urwah tidak membalas ucapan tersebut tetapi dia berdoa, “Ya Allah sesungguhnya aku mempunyai tujuh anak laki-laki, salah seorang di antara mereka telah Engkau cabut nyawanya, aku masih memiliki enam anak. Ya Allah, selama ini aku memiliki empat anggota tubuh yakni dua tangan dan dua kaki, Engkau pun telah mengambil satu di antara empat anggota tubuhku itu. Kini, aku masih memiliki tiga anggota tubuh. Meski Engkau beri cobaan, sesungguhnya itu adalah kesejahteraan dan yang Engkau ambil, sejatinya Engkau mengabadikannya.” (Tarikh Islam, 6/247.)
***

Seandainya ini tidak nikmat, mungkin saya masih merasa Tuhan tidak adil. Tapi saya sadar, apapun bisa terjadi kecelakaan sekecil apapun. dan semenjak hari itu saya trauma dan tidak ingin melihat sosok benda bernama cutter. Siapapun yang menyuruh saya memegang bahkan menyentuhnya. Maaf, terima kasih.
Fobia. :(

Saya bukan lebay, tapi ini sebuah kehati-hatian bagi teman-teman agar jangan menyepelekan ke fokusan dan kehati-hatian terhadap benda ini. Salah fokus eh.. jari teriris. Hiks.

14 komentar:

  1. awas gagal fokus lagi ,,,hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hiaa... fokusnya ke depan aja. tak perlu pegang cutter lagi. :P

      Hapus
  2. ngerii, harusnya fotonya di sensor..
    cepet sembuh kaka :)
    nice artikel ka, setiap kesakitan yang Allah berikan pada kita pasti mempunyai maksud tersendiri, minimal menghapus dosa-dosa kita yang telah lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. maunya gitu... tapi buat kenang2an aku teh.
      kata ibuku lebih baik putus sekalian dagingnya dari pada nempelnya gak sempurna.
      aah... semuanya menakutkan.. hee

      Hapus
  3. Itu Artinya Allah sayang ma kamu Nur :) cepet sembuh ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... bener :) Allah sayang hambanya bung.

      Hapus
  4. cepat sembuh mbak :)
    ceritanya mengingatkan kembali bahwa kita harus pandai pandai bersyukur

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba...
      saya emang urusan bgini gak tahu kenapa...
      pakai pisau buat ngiris bawang aja saya selalu hati2... hheee

      Hapus
  5. aduh ngilu liatnya :'(
    semoga cepat sembuh mbak...tntu apapun yg terjadi qt hrs bnyak brsyukur ya..
    jarinya luka tapi masih bisa ngetik, kan hebat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahai. iya masihlah .. orang ngetiknya aja beberapa hari kemudian :D itupun pake jari yang lain. hehee...
      sakitnya tuh disini. huaa.. jujur ngilu, saya apalagi. awal ngeliatnya aja saya gak berani lagi ngeliat. sekarang sdh membaik meski lama....

      Hapus
  6. Pengalaman adalah pelajaran yg paling berharga dalam hidup kita hehehe

    BalasHapus

Komentar yang sopan
Kritiklah bila membangun bukan menjatuhkan
salam persaudaraan ^_^

 
Catatan Annurshah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template