Lamaranmu ku Tolak



Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta ’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.
Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.


Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.
Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.
Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘ merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“ Iya, Pak,” jawab sang muda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“ Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“ Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu !” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu. ”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa ?” balas sang setengah baya, keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia
dulu aktivis lho.”
“Kamu dulu aktivis ya?” Tanya sang setengah baya.
“ Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus, ” jawab sang muda,
percaya diri.
“ Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan ?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat. ”
“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu ?”
Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”
“Kamu lulusan mana?” “Saya lulusan Fakultas Ekonomi UNPAD Pak. UNPAD itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang Cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan ?”
“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga Cuma dua koma Pak. ”
“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bias mendidik anak-anakmu kelak ?”
Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”
“Jadi kamu sudah bekerja?” “Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu. ”
“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang- jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku. ”
“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu ?”
Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya. ”
“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku. ”
Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”
“Kamu bisa apa itu, internet?”
“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net. ”
“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata. ”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu. ”
Bisikan, “Tapi Ayah…”
“Kamu kesini tadi naik apa?”
“Mobil Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya ’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”
“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir ”
“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir ?”
Bisikan, “Ayahh..” “Kamu merasa ganteng ya?”
“Nggak Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini. ”
“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh !”
Sang perempuan kini berkaca-kaca, “ Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya ?”
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
“ Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.
Hadits-pun cuma dari Arba ’in yang terpendek pula.” Sang setengah baya tersenyum, “ Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih. ” Mata sang muda ikut berkaca-kaca.

Ini harus happy ending, bukan?

copas :Ruang Muslim (dipostng mbak Lya)


Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta ’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.
Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.


Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.
Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.
Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘ merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“ Iya, Pak,” jawab sang muda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“ Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“ Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu !” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu. ”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa ?” balas sang setengah baya, keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia
dulu aktivis lho.”
“Kamu dulu aktivis ya?” Tanya sang setengah baya.
“ Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus, ” jawab sang muda,
percaya diri.
“ Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan ?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat. ”
“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu ?”
Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”
“Kamu lulusan mana?” “Saya lulusan Fakultas Ekonomi UNPAD Pak. UNPAD itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang Cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan ?”
“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga Cuma dua koma Pak. ”
“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bias mendidik anak-anakmu kelak ?”
Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”
“Jadi kamu sudah bekerja?” “Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu. ”
“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang- jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku. ”
“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu ?”
Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya. ”
“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak. ”
“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku. ”
Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”
“Kamu bisa apa itu, internet?”
“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net. ”
“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata. ”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu. ”
Bisikan, “Tapi Ayah…”
“Kamu kesini tadi naik apa?”
“Mobil Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya ’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”
“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir ”
“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir ?”
Bisikan, “Ayahh..” “Kamu merasa ganteng ya?”
“Nggak Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini. ”
“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh !”
Sang perempuan kini berkaca-kaca, “ Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya ?”
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
“ Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.
Hadits-pun cuma dari Arba ’in yang terpendek pula.” Sang setengah baya tersenyum, “ Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih. ” Mata sang muda ikut berkaca-kaca.

Ini harus happy ending, bukan?

copas :Ruang Muslim (dipostng mbak Lya)

[Joke] Doa minta jodoh berbagai versi


Bismillahirrahmaanirrahiim

Note berikut. Semoga menghibur ea... afwan,,,
Bukankah tersenyum itu juga menyehatkan.??
....................................................
...

[Joke] Doa minta jodoh berbagai versi


Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhan-nya. Namun bagaimana jika sebuah doa (dalam post ini doa meminta jodoh) ada dalam beberapa versi? Just for laugh :)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Jauhkanlah. (edisi wajar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Tolong dibantu yak! Bimsalabim jadi apa prok 3x! (edisi Pak Tarno)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong dicek lagi ! Mungkin salah baca. (edisi ngotot)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, TER LA LU… (edisi Bang Rhoma Irama)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong isi pulsa mama yaaaa. (edisi penipu)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku,saya hanya bisa prihatin (edisi SBY)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, temennya lucu juga. (edisi nawar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, kenapa dia ada di GOLKAR? (edisi oposisi)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, SALAH GUE?!! SALAH TEMEN-TEMEN GUE?!! (edisi AADC)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, ya sudahlah… (edisi Bondan feat Fade 2 Black)

Ya Tuhan… kalau dia ini jodohku, lindungilah dia! Jangan sampai dia tertukar ato hilang. (edisi sendal saat Shalat Jumat)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku dekatkanlah, kalau dia bukan jodohku, jodohkanlah, tapi kalau dia sudah kau jodohkan dengan orang lain, putuskanlah, dan jodohkan ia denganku.. (edisi maksa)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, langsung saja kita ke TEKAPE (edisi OVJ)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, WASPADALAH, WASPADALAh (edisi bang napi)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, maka dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, aduuuuh… ga gini2 juga kaleeeee… (versi sketsa trans7)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku,dekatkanlah…klo bukan jodohku,yang lain pasti ketinggalan (edisi iklan yamaha gan)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. kalau dia bukan jodohku, berarti kena zonk! (edisi super deal)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku … KAMEHAMEHA!!! (versi dragon ball)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku APAAN TUUH !!! (versi Jaja Miharja)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku hatiku sangat kacau … (versi balonku ada 5)

Y4 TUh4n… kl4u d!4 jOdOhku, d3k4tk4nl4h. K4l4u dI4 bUkan jOd0hkU,, YA GAK SEGITUNYA JUGA KALE,,, ( Versi ababil + Alay )

Ya tuhan klo dia jodohku dekatkanlah, klo bukan iiihhhh, yawde c ne’ , eike juga cuih sma yey.. yey gak cucok dech aiii…. ihh yuuu mareeee… (edisi banci taman lawang)

ya Tuhan.. jika dia jodohku, dekatkanlah. ..kalau dia bukan jodohku . .Dari dulu beginilah cinta, , sungguh deritanya tiada berkesudahan (Edisi Pat Kay)

ya Tuhan.. jika dia jodohku, dekatkanlah. ..kalau dia bukan jodohku . .(Mata Melotot) , , APA!!! (Edisi Sinetron)

Ya Tuhan kalo dia jodohku maka dekatkanlah , jika bukan biar hujan menghapus jejakmu (versi peterpan)

Ya Tuhan kalo dia jodohku maka dekankanlah , tapi sepertinya 68% dia jodoh saya, tanpa rekayasa (versi roy sukro)

sumber : Facebook halalkan Aku Ayah....

Bismillahirrahmaanirrahiim

Note berikut. Semoga menghibur ea... afwan,,,
Bukankah tersenyum itu juga menyehatkan.??
....................................................
...

[Joke] Doa minta jodoh berbagai versi


Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhan-nya. Namun bagaimana jika sebuah doa (dalam post ini doa meminta jodoh) ada dalam beberapa versi? Just for laugh :)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Jauhkanlah. (edisi wajar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, Tolong dibantu yak! Bimsalabim jadi apa prok 3x! (edisi Pak Tarno)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong dicek lagi ! Mungkin salah baca. (edisi ngotot)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, TER LA LU… (edisi Bang Rhoma Irama)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolong isi pulsa mama yaaaa. (edisi penipu)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku,saya hanya bisa prihatin (edisi SBY)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, temennya lucu juga. (edisi nawar)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, kenapa dia ada di GOLKAR? (edisi oposisi)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, SALAH GUE?!! SALAH TEMEN-TEMEN GUE?!! (edisi AADC)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, ya sudahlah… (edisi Bondan feat Fade 2 Black)

Ya Tuhan… kalau dia ini jodohku, lindungilah dia! Jangan sampai dia tertukar ato hilang. (edisi sendal saat Shalat Jumat)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku dekatkanlah, kalau dia bukan jodohku, jodohkanlah, tapi kalau dia sudah kau jodohkan dengan orang lain, putuskanlah, dan jodohkan ia denganku.. (edisi maksa)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, langsung saja kita ke TEKAPE (edisi OVJ)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, WASPADALAH, WASPADALAh (edisi bang napi)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, maka dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, aduuuuh… ga gini2 juga kaleeeee… (versi sketsa trans7)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku,dekatkanlah…klo bukan jodohku,yang lain pasti ketinggalan (edisi iklan yamaha gan)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. kalau dia bukan jodohku, berarti kena zonk! (edisi super deal)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku … KAMEHAMEHA!!! (versi dragon ball)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku APAAN TUUH !!! (versi Jaja Miharja)

Ya Tuhan… kalau dia jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku hatiku sangat kacau … (versi balonku ada 5)

Y4 TUh4n… kl4u d!4 jOdOhku, d3k4tk4nl4h. K4l4u dI4 bUkan jOd0hkU,, YA GAK SEGITUNYA JUGA KALE,,, ( Versi ababil + Alay )

Ya tuhan klo dia jodohku dekatkanlah, klo bukan iiihhhh, yawde c ne’ , eike juga cuih sma yey.. yey gak cucok dech aiii…. ihh yuuu mareeee… (edisi banci taman lawang)

ya Tuhan.. jika dia jodohku, dekatkanlah. ..kalau dia bukan jodohku . .Dari dulu beginilah cinta, , sungguh deritanya tiada berkesudahan (Edisi Pat Kay)

ya Tuhan.. jika dia jodohku, dekatkanlah. ..kalau dia bukan jodohku . .(Mata Melotot) , , APA!!! (Edisi Sinetron)

Ya Tuhan kalo dia jodohku maka dekatkanlah , jika bukan biar hujan menghapus jejakmu (versi peterpan)

Ya Tuhan kalo dia jodohku maka dekankanlah , tapi sepertinya 68% dia jodoh saya, tanpa rekayasa (versi roy sukro)

sumber : Facebook halalkan Aku Ayah....

Ku benci sisi itu....




Tatapan ini kosong, saat terbuai semilir angin, lamunan ini membawaku terbang bersama angan hampa.
Ku eja perkata tulisan yang sedikit memanas di hatiku.

Entah apa yang ada dalam bayangku saat itu juga ku berontak tak tahan.
Ku rasa ingin menyudahi kau dari sisi gelapku, sisi binar-binar dosa kecil.

Aku tak berani memberi sapaan indah lagi ketika tahu semua tak sempurna seperti dulu.
Jari jemariku mulai melemas saat sudah bersentuhan dengan keyboard. Tangan ini sudah ingin menarik lepas, namun hatiku masih dalam bimbang.

Hatiku mulai gerimis, air mata ini memang tak keluar segera mungkin Namun hatiku menurunkan hujan kelambu. Ku ingin basuh wajah ini denagn air wudlu, dan ku panjatkan do’a untuk nya. Namun mengapa semua berubah, hatiku terlalu dalam mengatakan “sakit”.

Kau memang jauh tak tampak mata, namun apalah arti hadirnya dalam sapaan dulu, seketika kau hadir dalam tulisan namamu, yang termuat dalam dunia maya. Kita memang pernah berseteru namun apa salahnya jika kata maaf sudah terlontar begitu saja dari bibir kita.

Ku sudahi semua tanpa perasaan yang menyulitkan dan berusaha menyakitkan.
Tapi entah kenapa kau berbalas dusta, mencekam ku dari belakang perlahan namun pasti.

Ironis ku melihatnya
Sindiran halus ataukah kasar?
Aku mengaggapnya ini seperti benalu yang menyulitkanku untuk bergerak leluasa.
Ku tak curiga sedikitpun jika kau marah atau benci.

Tapi pantaskah jika aku di permajaskan ironi?
Luar biasa,,,,,, tampaknya sudah menjadi hal yang wajar ketika dendam itu bersemi kembali seperti mawar yang mulai merekah dan mewangi.

Mungkin tak ada yang tahu tentang ini, tapi ingat aku dan kau tahu, karena aku merasakannya yang sangat menyayat. Ketika ku perseterukan dengan hati kecilku, aku menyatakan ikhlas dalam hati maupun sikapku.
Ku menyudahi perkara yang tak pantas hadir dalam jarak jauh.

Menyelami kisah ini ku siapkan segenap hati menutup akunku di dunia maya dan merelakan kehilangan teman-temanku sementara.

Aku tak akan merasakan sedih yang berlarut, ku cukup menggantikan dengan yang baru. Maafku yang bertubi-tubi dalam do’a yang senantiasa hadir tuk melengkapi kekuranganku.



Aku mencintai kebaikanmu bukan sisi gelapmu…..






Tatapan ini kosong, saat terbuai semilir angin, lamunan ini membawaku terbang bersama angan hampa.
Ku eja perkata tulisan yang sedikit memanas di hatiku.

Entah apa yang ada dalam bayangku saat itu juga ku berontak tak tahan.
Ku rasa ingin menyudahi kau dari sisi gelapku, sisi binar-binar dosa kecil.

Aku tak berani memberi sapaan indah lagi ketika tahu semua tak sempurna seperti dulu.
Jari jemariku mulai melemas saat sudah bersentuhan dengan keyboard. Tangan ini sudah ingin menarik lepas, namun hatiku masih dalam bimbang.

Hatiku mulai gerimis, air mata ini memang tak keluar segera mungkin Namun hatiku menurunkan hujan kelambu. Ku ingin basuh wajah ini denagn air wudlu, dan ku panjatkan do’a untuk nya. Namun mengapa semua berubah, hatiku terlalu dalam mengatakan “sakit”.

Kau memang jauh tak tampak mata, namun apalah arti hadirnya dalam sapaan dulu, seketika kau hadir dalam tulisan namamu, yang termuat dalam dunia maya. Kita memang pernah berseteru namun apa salahnya jika kata maaf sudah terlontar begitu saja dari bibir kita.

Ku sudahi semua tanpa perasaan yang menyulitkan dan berusaha menyakitkan.
Tapi entah kenapa kau berbalas dusta, mencekam ku dari belakang perlahan namun pasti.

Ironis ku melihatnya
Sindiran halus ataukah kasar?
Aku mengaggapnya ini seperti benalu yang menyulitkanku untuk bergerak leluasa.
Ku tak curiga sedikitpun jika kau marah atau benci.

Tapi pantaskah jika aku di permajaskan ironi?
Luar biasa,,,,,, tampaknya sudah menjadi hal yang wajar ketika dendam itu bersemi kembali seperti mawar yang mulai merekah dan mewangi.

Mungkin tak ada yang tahu tentang ini, tapi ingat aku dan kau tahu, karena aku merasakannya yang sangat menyayat. Ketika ku perseterukan dengan hati kecilku, aku menyatakan ikhlas dalam hati maupun sikapku.
Ku menyudahi perkara yang tak pantas hadir dalam jarak jauh.

Menyelami kisah ini ku siapkan segenap hati menutup akunku di dunia maya dan merelakan kehilangan teman-temanku sementara.

Aku tak akan merasakan sedih yang berlarut, ku cukup menggantikan dengan yang baru. Maafku yang bertubi-tubi dalam do’a yang senantiasa hadir tuk melengkapi kekuranganku.



Aku mencintai kebaikanmu bukan sisi gelapmu…..



Bersyukur



Ada pepatah Cina kuno: dengan MELIHAT, aku TAU; dengan MENDENGAR, aku MENGERTI; dengan MENJALANI, aku PAHAM

Selalu bersyukur akan membuat kita bahagia. Beberapa cerita berikut ini menggambarkannya…

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya, “Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?” Si sopir menjawab, “Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai.” Merasa penasaran dengan

jawaban tersebut, dire ktur ini bertanya lagi,

“Bagaimana kamu bisa begitu yakin?”.Supirnya menjawab, “Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan”.

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.

Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki kita tak pernah menjadi “kaya” dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang “kaya”. Orang yang “kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.

Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.

Seorang pengarang pernah mengatakan, “Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria karena masih bisa mempergunakan tangannya. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai mengucap syukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, “Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, “Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, “Lulu, Lulu”. “Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, “Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”…

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, “Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.” Sungguh… rasa syukur memang sangat membahagiakan!


Share dari FB Muhammad Iqbal Al-abror


dear diary _chomisah

tak ada yang bisa merajai apapun
selain kata syukur
tak ada yang menderita jika syukur senantiasa hadir merasuk jiwa
dan mendarah daging dalam aliran darah yang mengalir


sekuat hati belajar bersyukur walau hingga detik ini selalu merasa kekurangan.
karena manusia memang kurang.
maka dari itu merasa lebih bukan berati sombong
namun tanda syukur nikmat yang luar biasa sempurna...
Thank you Allah ....




Ada pepatah Cina kuno: dengan MELIHAT, aku TAU; dengan MENDENGAR, aku MENGERTI; dengan MENJALANI, aku PAHAM

Selalu bersyukur akan membuat kita bahagia. Beberapa cerita berikut ini menggambarkannya…

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya, “Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?” Si sopir menjawab, “Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai.” Merasa penasaran dengan

jawaban tersebut, dire ktur ini bertanya lagi,

“Bagaimana kamu bisa begitu yakin?”.Supirnya menjawab, “Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan”.

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.

Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki kita tak pernah menjadi “kaya” dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang “kaya”. Orang yang “kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.

Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.

Seorang pengarang pernah mengatakan, “Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria karena masih bisa mempergunakan tangannya. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai mengucap syukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, “Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, “Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, “Lulu, Lulu”. “Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, “Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”…

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, “Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.” Sungguh… rasa syukur memang sangat membahagiakan!


Share dari FB Muhammad Iqbal Al-abror


dear diary _chomisah

tak ada yang bisa merajai apapun
selain kata syukur
tak ada yang menderita jika syukur senantiasa hadir merasuk jiwa
dan mendarah daging dalam aliran darah yang mengalir


sekuat hati belajar bersyukur walau hingga detik ini selalu merasa kekurangan.
karena manusia memang kurang.
maka dari itu merasa lebih bukan berati sombong
namun tanda syukur nikmat yang luar biasa sempurna...
Thank you Allah ....


 
Catatan Annurshah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template